Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk sejenak tertawa
lepas dan meninggalkan semua masalah yang sedang dialaminya. Karena kita sadar
bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak memiliki masalah. Beberapa orang
pernah sambil bersenda gurau mengatakan bahwa orang gila tidak memiliki beban masalah,
namun ungkapan itu belum tentu benar. Mungkin juga orang gila memiliki beban masalah
layaknya orang normal atau bahkan lebih.
Beban masalah dalam hidup memang cenderung bersifat subjektif. Artinya
tergantung siapa yang merasakannya. Ada kalanya orang tertentu merasakan beban masalah
dalam hidupnya sangat berat, namun menurut orang lain hanya biasa saja. Karena
mungkin orang yang mengatakan biasa saja sudah pernah merasakan yang lebih
berat dari yang pernah dirasakan oleh orang lain. Misalkan bagi pelajar
menganggap pekerjaan rumah menjadi beban, mahasiswa menganggap tugas kuliah menjadi
beban, pemuda menganggap pekerjaan menjadi beban, orang tua menganggap biaya
hidup menjadi beban dan lain sebagainya. Jika beban itu dibalik,
subjektifitasnya akan kelihatan.
Berbicara beban masalah dalam hidup tidak dapat lepas dari sebuah
pengalaman. Semakin seseorang sering mengalami beban hidup dengan berbagai
tingkatan, semakin pula orang itu memiliki banyak pengalaman. Sehingga jika
nantinya menghadapi beban hidup yang lagi-lagi menurut orang lain berat, maka akan terasa biasa saja atau bahkan lebih ringan karena sudah memiliki banyak
pengalaman dalam menghadapinya.
Tapi semua itu kembali pada bagaimana seseorang menyikapi dan
“mengelola” beban masalah hidupnya masing-masing. Apakah kita perlu lari dan
menjauh dari beban permasalahan? Mungkin itu bukan solusi. Banyak cara yang
dapat dilakukan oleh seseorang untuk menghadapi beban permasalahan yang
dialaminya. Pertama dengan memanfaatkan hobi. Kita harus mengingat kembali
apa hobi yang kita miliki. Kadang kita tidak sadar bahwa sebenarnya Tuhan
memberikan anugerah yang sangat besar kepada kita dengan memberikan hobi.
Karena tidak ada manusia yang mampu memberikan hobi kepada kita, kalau sekedar
pembiasaan mungkin iya. Hobi berasal dari dalam diri seseorang yang langsung diturunkan
oleh Tuhan. Dan bahkan banyak orang yang mengatakan hobi tidak dapat
diwakilkan. Jika seseorang melakukan hobi itu, secara tidak sadar dia akan
terbawa alur untuk menikmatinya dengan penuh perasaan senang dan lupa dengan
masalah yang dialaminya. Misalkan hobi memancing, bermain sepak bola, bermain
musik, membaca, menulis dan lain sebagainya. Tapi, bukan berarti jika kita melihat
orang yang melakukan hobi langsung kita simpulkan bahwa orang itu memiliki beban
permasalahan.
Yang kedua dengan memanfaatkan media curah masalah. Kadang ada orang
yang memiliki masalah dalam hidupnya tapi bingung ke mana harus berbagi. Bukan
berbagi masalah, tapi berbagi cerita. Banyak tempat untuk menuangkan sebagian
atau bahkan seluruh cerita beban masalahnya. Diantaranya, jika kita memang
percaya kepada orang lain boleh lah kita berbagi cerita dengan sesama, tapi
dengan catatan harus memang benar-benar dengan orang yang dapat dipercaya. Karena
jika tidak, maka akan dapat menimbulkan permasalahan baru. Namun, jika sulit
mendapatkannya, kita dapat memanfaatkan media benda mati, misalkan secarik kertas dan
pena. Kita ceritakan semua yang kita rasakan pada “mereka”. Biarkan benda
mati itu menjadi saksi betapa berat atau ringannya masalah yang pernah kita hadapi.
Sehingga suatu ketika kita dapat melihatnya kembali dan sejenak bernostalgia dengan
masalah yang pernah kita rasa, bukan untuk kembali pada masalahnya tapi jika memungkinkan
kita ubah coretan curah masalah itu menjadi sesuatu yang produktif yang
bersifat positif.
Yang ketiga dengan mengubah mindset terhadap masalah yang kita
alami. Jika awalnya kita menganggap bahwa masalah yang kita alami sebagai
beban, maka secara perlahan kita harus ubah menjadi target. Hal ini memang sulit,
namun dengan niat dan tekad yang kuat maka tidak ada yang tidak mungkin.
Mengubah beban menjadi target adalah sesuatu yang positif. Artinya dengan kita
mengubah beban menjadi target, secara tidak langsung ada keinginan untuk
menemukan solusi penyelesaian masalah yang tumbuh dalam diri. Amunisi inilah
yang sangat dibutuhkan saat kita terbentur pada sebuah permasalahan yang
menjadi beban. Ketika amunisi ini sudah tumbuh dalam diri, maka kita tinggal
menyiram dan memupuknya hingga bersemai, pada akhirnya mampu
menghiasi kehidupan kita menjadi lebih indah dan benar-benar dapat merasakan kebahagiaan
yang nyata.
Tulisan keren Mas
BalasHapusTerima kasih pak
Hapus