Minggu, 29 Januari 2023

Penguatan Karakter: Asing-kah di Tengah Pembelajaran Daring?

 

Pembelajaran daring, dua kata yang akhir-akhir ini sedang menjadi topik perbincangan di dunia pendidikan. Bahkan dalam obrolan santai ada celetukan, kalau dulu viral mendadak dangdut, sekarang yang viral adalah mendadak daring, sehingga ada yang dibuat kaget olehnya.

Ada yang memang sudah siap dan banyak juga yang bingung karena belum pernah melakukannya. Di awal proses pembelajaran tahun 2020/2021 proses belajar dari rumah terus dikembangkan, itupun masih berlanjut hingga sekarang ini di tahun pembelajaran 2021/2022.

Banyak sisi positif dan negatif dari adanya perubahan kebiasaan ini. Akibat munculnya pandemi covid-19 membuat dunia pendidikan harus mengubah kebiasaan yang sudah bertahun-tahun dijalankan. Kebiasaan untuk selalu bertatap muka antara pendidik dan peserta didik, saling bertegur sapa secara langsung di antara mereka, melaksanakan kegiatan secara manual dan lain sebagainya, semua itu sementara harus diubah.

Akibat dari perubahan yang signifikan itu, dan dikuatkan dengan munculnya kebijakan pemerintah membuat dunia pendidikan harus berbenah. Mulai dari pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, bahkan sampai pada peserta didik sekalipun. Semua harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada saat ini.

Dengan adanya kebijakan baru, tentunya ada yang siap dan juga ada yang masih menuju siap. Beberapa orang berpandangan bahwa pembelajaran daring banyak menyimpan kelemahan dalam pelaksanaannya. Diantaranya, (1) Cenderung dalam prosesnya mengabaikan aspek sosial. Artinya, interaksi sosial antara pendidik dengan peserta didik dan antar peserta didik sendiri menjadi berkurang. Sehingga akibat yang nyata, hubungan sosial dan emosionalnya tidak sekuat saat mereka bertemu dan berinteraksi secara langsung.

(2) Pendidik jelas dituntut harus mampu menguasai pembelajaran daring. Tidak hanya menguasai pembelajaran, tetapi pendidik harus kreatif dan memiliki inovasi dalam prosesnya, sehingga peserta didik menjadi tertarik untuk mengikutinya. Jika tidak memiliki banyak inovasi, besar kemungkinan minat belajar peserta didik akan menurun, akibatnya target akhir pembelajaran tidak akan tercapai.

(3) Pembelajaran daring membutuhkan motivasi belajar yang tinggi bagi peserta didik. Karena tanpa adanya motivasi belajar yang tinggi, peserta didik akan kesulitan dalam mengikuti dan memahami materi yang disampaikan. Ini menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat bagi pendidik untuk mampu selalu membangkitkan motivasi belajar peserta didik, terlepas peserta didik juga memiliki andil besar dalam menumbuhkan motivasi belajar dalam dirinya.

(4) Ketersediaan fasilitas pembelajaran daring yang belum merata. Jika di kota-kota besar mungkin tidak ada masalah dalam hal ini, namun di daerah-daerah pinggiran masih sering kita temukan. Mulai dari jaringan wifi yang kadang sulit untuk didapatkan, kemampuan peserta didik dalam menyediakan paket data, hp yang mungkin belum standar dan lain sebagainya.

Namun di balik semua itu, banyak kelebihan yang dapat dirasakan dengan adanya perubahan ini. Dengan kebijakan pembelajaran daring ini, (1) Komunikasi dapat dilaksanakan dengan lebih cepat dan efektif. Kita tidak perlu menunggu harus bertemu secara langsung, namun dengan adanya kebiasaan pembelajaran daring, kita menjadi lebih siap setiap saat untuk berkomunikasi dan belajar.

(2) Kita dapat mengakses pembelajaran secara lebih luas. Dulu kita mengikuti kegiatan diskusi atau seminar harus menunggu waktu yang tepat untuk dapat hadir secara langsung. Bahkan kita sering terkendala dengan batas ruang dan waktu. Tetapi sekarang sudah tidak lagi. Di manapun kita berada, kita dapat mengikutinya. Bahkan tidak hanya terbatas di daerah sendiri, di level yang lebih tinggi tingkat nasional sekalipun misalnya, kita juga dapat dengan mudah untuk mengikutinya. Tentunya malah dengan cakupan peserta dari daerah seantero nusantara.

(3) Peserta didik menjadi terbiasa belajar dengan tidak tergantung pada keberadaan pendidik. Jika dulu ada peserta didik yang belajar hanya saat berada di hadapan pendidik, secara bertahap hal itu akan terkikis. Sehingga kesadaran belajar untuk kepentingan masa depannya akan tumbuh dengan sendirinya.

 

Penguatan Karakter di Pembelajaran Daring: Asing-kah?

Karakter menjadi cerminan suatu bangsa, sebagai penanda, penciri sekaligus pembeda suatu bangsa lainnya. Karakter menjadi jalan sebuah bangsa itu menapaki dan melewati suatu zaman dan mengantarkannya pada suatu derajad tertentu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter yang mampu membangun sebuah peradaban besar yang kemudian mempengaruhi perkembangan dunia. (AKH. Muwafik Saleh, 2012: 1)

Dengan melihat situasi dan kondisi yang demikian itu, lantas muncul pertanyaan yang menarik dari peserta, yaitu bagaimana cara untuk menguatkan karakter di masa pembelajaran daring?

Membutuhkan sebuah pemikiran yang bijak dalam menjawab pertanyaan ini. Seorang pendidik harus memiliki strategi yang tepat untuk menanamkan karakter pada peserta didik dalam situasi dan kondisi seperti ini. Di sinilah peran seorang pendidik dituntut mampu mengembangkan dan menunjukkan daya kreatifitas serta inovasinya untuk kepentingan pendidikan. Dengan demikian, sudah tidak ada lagi pendidik yang setiap hari hanya mengulang-ulang materi dan gaya penyampaian yang sama di setiap tahunnya.

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah menentukan ada 18 nilai yang harus dikembangkan dalam pendidikan, yaitu nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab. (Retno Listyarti, 2012: 5)

Sehingga seorang pendidik harus mampu menanamkan dan mengembangkannya melalui pembelajaran daring. Misalkan penguatan karakter jujur. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jujur memiliki arti lurus hati, tidak berbohong dan tidak curang. Dalam pembelajaran daring, penanaman karakter ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan memberikan penugasan dalam bentuk pembuatan vlog sederhana. Vlog yang dimaksud adalah vlog yang dibuat sendiri dengan aktor/aktrisnya juga dirinya sendiri. Dari penugasan ini secara otomatis pendidik akan mengetahui bagaimana kemampuan dari peserta didik secara mandiri, mulai kemampuan dalam berbicara, merangkai kata, wawasannya dan lain sebagainya sesuai dengan tema yang telah ditentukan.

Penguatan karakter disiplin juga dapat dengan mudah kita tanamkan kepada peserta didik di masa pembelajaran daring. Diantaranya, sesekali kita mengadakan acara diskuli online dengan jadwal yang telah ditentukan. Tidak perlu lama dalam mengadakan diskusi online ini, mengingat target utama dari diskusi ini bukan pada isinya, akan tetapi untuk melihat siapa yang masuk dalam diskusi tepat waktu. Selain itu, kita juga dapat menanamkan karakter disiplin melalui ketepatan peserta didik dalam mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Selain itu, untuk menanamkan dan mengembangkan karakter kreatif juga banyak sekali caranya. Jelas cara yang paling utama adalah pendidiknya harus kreatif terlebih dahulu. Artinya, seorang pendidik harus memiliki ide-ide kreatif untuk memunculkan kreatifitas peserta didik. Tapi jika pendidik tidak memiliki ide kreatif, maka sudah pasti peserta didik juga sulit untuk mengembangkan ide kreatifnya, karena pendidik yang bertugas sebagai pemantik tidak memiliki alat untuk memantiknya.

 

Akhir Kata

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk menanamkan dan mengembangkan karakter di tengah pandemi kepada peserta didik. Kata kuncinya adalah tidak mengeluh, kreatif, inovatif dan mau untuk berpikir positif. Dengan begitu, secara bertahap pembelajaran daring ini nantinya akan dapat menjadi kebiasaan dan pada akhirnya menjadi jalan baru untuk menuju kesuksesan.

Mengubah kebiasaan memang terkesan berat. Apalagi jika kebiasaan itu sudah mengakar atau bahkan menyatu dengan urat nadi kita. Namun, ketika ada niatan yang kuat dan tindakan yang nyata, maka tidak ada yang tidak mungkin. Sebuah perubahan memang membutuhkan proses yang panjang. Perubahan juga membutuhkan keberanian. Berani untuk menerima kritik, berani untuk berpikir positif dan berani untuk menjadi lebih baik. Hari ini dunia pendidikan membutuhkan orang-orang yang mau berpikir positif, orang-orang yang mampu menebar optimisme, bukan orang-orang yang suka menebar kebencian membabibuta. Dengan begitu, suatu saat kita akan berada pada titik di mana kita merasa bangga dengan perjuangan yang telah kita lakukan bersama.

 

Daftar Pustaka

Listyarti, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif. Jakarta: Penerbit Erlangga

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Saleh, Muwafik AKH. 2012. Membangun Karakter dengan Hati nurani. Jakarta: Penerbit Erlangga