Selasa, 28 Juli 2020

Kebiasaan dan Analisis yang Tajam



Proses menempa diri memang tidak ada batasan. Sering kali kita melihat banyak orang yang berkumpul di tempat-tempat tertentu hanya untuk sekedar bertemu, ngobrol dan berdiskusi. Tapi sebenarnya banyak hal yang kita dapatkan ketika kita bisa bertemu, berbicara dan saling bertukar pikiran. Dari situlah pisau analisis kita akan terasah. Terlepas ada juga yang sekedar berkumpul dan menghasilkan sesuatu yang sifatnya negatif.

Semua itu tergantung bagaimana orang menyikapi dan malakukannya. Ketika kita bisa memanfaatkan kesempatan bertemu orang lain untuk kepentingan positif, maka hasilnyapun juga akan positif.

Dalam setiap pembicaraan pasti ada imbal balik. Ada pertanyaan juga ada jawaban, ada pendapat juga ada fakta yang didapat, ada sanggahan juga ada kesepakatan dan seterusnya. Secara otomatis pisau analisis kita akan terasah dengan sendirinya.

Beberapa waktu yang lalu sempat bertemu dengan seorang teman, kebetulan dia memiliki hobi berdiskusi. Dia memiliki daya analisis yang tinggi. Setiap permasalahan dianalisis secara mendalam. Sempat saya bertanya kepada orang ini. Dari mana dia mendapatkan kemampuan analisis yang kuat dan mendalam. Sangat simpel dia menjawabnya. Kebiasaan yang membuat otak memiliki daya analisis yang kuat.

Memang ada benarnya ketika kita mencoba sedikit ikut menganalisis apa yang dia katakan. Kita dapat menganalogikan, jika kita setiap hari makan nasi, maka lidah ini akan terbiasa untuk menikmati nasi, sehingga ketika sehari tidak makan nasi, rasanya sama dengan kita belum makan seharian, padahal sudah banyak makanan lain yang sudah kita telan. Contoh lain, jika kita terbiasa tidak makan nasi, tapi kita ganti sayuran, maka jika seharian tidak makan sayuran rasanya kita belum makan walaupun sudah banyak nasi yang kita telan.

Hal itu sama dengan yang dilakukan oleh teman tadi. Karena sudah terbiasa berdiskusi, terbiasa untuk saling bertukar pikiran, menganalisis setiap kejadian, maka jika sehari tidak ada bahan yang dapat dianalisis, hidupnya akan terasa kurang. Dengan begitu, secara otomatis pisau analisisnya akan menjadi tajam.

Namun ada satu hal yang penting lagi untuk mendampingi kemampuan analisis, yaitu membaca. Data atau buku menjadi salah satu garis untuk memberikan jalan lurus analisis kita. Memiliki kemampuan analisis yang kuat tapi tidak dibarengi dengan data yang lengkap, sama dengan orang yang berdiri di tengah hamparan lapangan yang luas. Dia dapat bergerak sesuka hati, menari, tertawa, berekspresi tapi tidak memiliki target dan jalan menuju tujuan. Sehingga pada akhirnya hasil analisisnya hanya terbang melayang di atas awan.

Ketika kita dapat menyandingkan kebiasaan positif membaca dan berdiskusi, terlebih bagi pelajar, mahasiswa, pemuda dan generasi penerus bangsa pada umumnya, maka kita akan memiliki kemampuan yang lebih dan terarah sebagai dasar pijakan menentukan jalan menuju kesuksesan di masa depan.

Sabtu, 25 Juli 2020

Menyalakan Kembali Semangat Belajar Kita



Tahun 2020 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi bangsa Indonesia. Hampir di seluruh bidang mengalami guncangan, termasuk dunia pendidikan. Perubahan cara belajar yang baru membuat sebagian orang terkaget. Bukan karena suka atau tidak suka, namun lebih pada permasalahan kesiapan dalam menghadapinya. Ada orang yang memang sudah siap melaksanakannya, tapi ada juga yang belum siap sama sekali dalam menghadapinya.

Perubahan cara belajar dari tatap muka menjadi tatap maya memang menjadi gempar. Bahkan di setiap sudut warung kopi, lingkungan, tempat bermain anak dan lain sebagainya hal ini selalu menjadi topik pembicaraan utama.

Kadang kita mendengar ada anak yang mengeluh dengan cara belajar ini. Mereka beranggapan hanya tugas dan tugas yang dihadapi. Kadang ada Bapak dan Ibu guru yang masih belum siap mengajar dengan sistem yang baru. Bahkan sering kita mendengar ada orang tua yang merasa kesulitan dalam mengendalikan dan mendampingi anaknya saat belajar.

Namun, jika semua hanya meluapkan energi negatif belaka, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Sebisa mungkin kita harus mencoba mencari solusi untuk tetap bertahan akibat pandemi yang penuh dengan ketidakpastian ini. Jika kita menyerah, maka pendidikan anak bangsa yang menjadi pertaruhan. Generasi pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini hanya akan menjadi sebuah pertanyaan.

Tugas kita adalah “menyuntikkan” kembali semangat kepada semua yang bersentuhan dengan dunia pendidikan. Mulai dari pemegang kebijakan, pendidik, orang tua, peserta didik dan lain sebagainya. Terlebih kepada peserta didik. Karena peserta didik menjadi titik fokus dalam dunia pendidikan.

Butuh orang-orang yang mampu memberikan motovasi dan pendampingan kepada mereka, agar mereka tetap memiliki semangat untuk belajar. Karena ketika semangat mereka luntur, maka akan mudah sekali untuk terjerumus dalam kebiasaan yang kurang mendidik.

Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menguatkan dan menyuburkan semangat belajar kepada siswa. Salah satunya adalah dengan menggerakkan organisasi kepemudaan, Karang Taruna misalnya. Organisasi ini berisi pelajar, mahasiswa dan pemuda desa. Karang Taruna dapat mengambil peran untuk ikut serta dalam upaya menguatkan dan menumbuhkembangkan semangat belajar kepada siswa.

Kegiatan yang dapat dilakukan misalnya mengadakan bakti sosial. Tidak perlu bakti sosial dengan skala besar, namun cukup bakti sosial dengan membagikan alat belajar. Banyak manfaat yang dapat diambil. Bagi anggota Karang Taruna akan dapat menghidupkan kembali rasa sosialnya karena belajar berbagi, bagi yang masih menjadi pelajar dan mahasiswa juga secara otomatis semangat untuk berpikir dalam hal pendidikan akan berkobar lagi. Malah bagi sasaran bakti sosial, hal ini dapat menyalakan semangat mereka kembali untuk mau belajar walaupun dengan cara yang berbeda.

Hal ini terlihat kecil dan sepele. Namun efek positif pada diri yang bersentuhan langsung dengan kegiatan ini sangat besar. Jika kita akan mendapatkan hasil yang besar, maka kita harus mau memulainya dengan hal yang kecil. Dengan begitu, akan timbul sebuah kebanggaan dari hasil perjuangan yang panjang.

Jumat, 17 Juli 2020

Nilai Kemanusiaan di Balik Ritual Adat dan Apem Dumbo



Bangsa kita memang kaya akan adat dan budaya yang tidak dimiliki oleh Negara-negara di seluruh dunia. Bahkan hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Negara asing untuk singgah di Negara kita sekedar melihat dan menyaksikan prosesi adat dan budaya itu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa adat merupakan aturan (perbuatan dan sebagainya) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala. Adat merupakan wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturan yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi suatu sistem. Dan sistem inilah yang kemudian diyakini oleh masyarakat untuk terus dijalankan.

Hampir seluruh wilayah di seantero nusantara memiliki adat dan budaya yang berbeda-beda. Bahkan di setiap desa pun sebagai satuan pemerintahan terkecil di Negara ini memiliki adat dan budaya sendiri-sendiri. Hal ini tidak ubahnya terjadi di desa Ngadirenggo kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek Jawa Timur. Desa yang memiliki 5.000 lebih jumlah penduduk ini memiliki adat dan kebudayaan yang tidak dimiliki oleh desa lain.

Masyarakat desa ini memiliki adat dan budaya Nyadran. Banyak desa yang memiliki budaya Nyadran, namun adatnya yang berbeda. Di desa ini kegiatan Nyadran dilaksanakan setiap satu tahun sekali, tepatnya pada hari Jumat Wage di bulan Jawa selo. Bukan tanggal yang menjadi patokan, tapi hari dan pasaran Jawa. Setiap hari Jumat Wage bulan Jawa Selo secara turun-temurun warga masyarakat desa melaksanakan berbagai ritual untuk menuju kebaikan.

Kegiatan biasanya dimulai pada hari Kamis setelah sholat Subuh. Di seluruh masjid dilaksanakan kegiatan membaca Al Qur’an sampai Khatam secara bersamaan. Malam harinya setelah sholat Maghrib digelar doa bersama di seluruh masjid dan mushola desa. Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan doa bersama secara masal di Pendapa Balai Desa yang dipimpin oleh seluruh Kyai pemangku masjid dan mushola.

Kegiatan ini berfokus untuk mendoakan para pejuang Desa terutama tiga tokoh sentral yang dipercaya “mbabat” desa Ngadirenggo. Yaitu Syeh Dumbo, Syeh Bodo dan Syeh Cokrosuto. Syeh Dumbo dimakamkan di puncak gunung Kebo. Sedangkan Syeh Bodo dan syeh Cokrosuto dimakamkan di bagian bukit gunung yang berada di desa Ngadirenggo ini.

Malam Jumat Wage menjadi malam tirakatan bagi warga desa. Setelah dilaksanakan acara doa bersama secara masal di pendapa Balai Desa, berikutnya dilanjutkan acara tirakatan di area makam ketiga tokoh sentral desa ini. Bentuk kegiatannya tetap berupa doa bersama. Dan pagi harinya setelah sholat Subuh dilanjutkan dengan acara doa bersama kembali secara masal di puncak gunung Kebo, tepatnya di area makam Syeh Dumbo.

Kegiatan inilah yang biasanya ditunggu-tunggu oleh warga masyarakat secara umum. Bahkan dalam kegiatan ini tidak sedikit warga yang berasal dari luar desa juga dari luar Kabupaten. Untuk mengikuti acara ritual ini membutuhkah sebuah perjuangan yang dramatis. Di pagi hari sebelum sinar matahari tampak, kita harus berduyun-duyun bersama warga lain untuk naik ke puncak gunung melalui jalan setapak yang memang sudah disiapkan dan dibersihkan sebelumnya. Dalam perjalanan ini, warga naik dengan membawa “ubo rampe” berupa nasi gurih dan ayam lodho yang ditaruh di atas “encek”. Encek merupakan tempat makanan yang terbuat dari pelepah pohon pisang yang ditata dengan pecahan bambu.

Satu lagi yang tidak boleh dilupakan dalam ritual ini adalah apem dumbo. Makanan khas desa Ngadirenggo yang dibuat hanya saat kegiatan ritual. Kita tidak akan menemukan makanan ini di hari-hari biasa, termasuk di desa Ngadirenggo sekalipun. Apem dumbo merupakan makanan yang bahan utamanya tepung beras yang kemudian dicampur cairan berbahan utama gula merah. Saat ritual, makanan ini juga dihidangkan di atas “encek” sama seperti makanan lainnya.

Perjalanan menuju puncak sangat menarik. Selain memang warga tidak dapat berjalan dengan cepat karena harus bergantian dengan warga yang membawa makanan sebagai sedekah dari rizki yang didapat selama satu tahun. Nuansa estetis muncul kala warga harus berjalan di kegelapan dengan hanya ditemani sinar api dari “oncor” dan semburat sinar rembulan. Sehingga, tidak sedikit para pengunjung yang berswafoto untuk mengabadikan momen sekali dalam satu tahun ini.

Setelah seluruh persiapan di puncak selesai, kegiatan ritualpun dimulai. Tabur bunga menjadi kegiatan awal. Kemudian dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh seorang pemuka agama yang ditunjuk. Proses ritual sangat khusyuk. Seluruh pengunjungpun wajib untuk mengikutinya. yang menarik lagi, konon katanya area puncak gunung akan selalu mampu menampung berapapun jumlah pengunjung yang mengikuti ritual satu tahun sekali ini.

Setelah proses ritual selesai, berikutnya dilanjutkan dengan pembagian sedekah makanan kepada seluruh pengunjung. Tentunya pembagian ini di tempat yang sudah disiapkan. Pengunjung bebas mengambil sendiri tanpa harus membayar. Karena memang sengaja disediakan oleh warga sebagai sedekah dari seluruh rizki yang didapat selama satu tahun.

Kegiatan dilanjutkan di lingkungannya masing-masing. Mulai dari berdoa bersama warga lingkungan di tempat yang telah ditetapkan, membersihkan lingkungan masing-masing, membuka tempat pengumpulan sedekah berupa apem dumbo dengan tujuan disediakan khusus kepada sanak saudara atau teman dari luar desa yang berkunjung.

Kegiatan tidak berhenti di situ saja. Jumat malam diadakan pagelaran wayang kulit sekaligus ruwatan semalam suntuk. Hari Sabtu giliran Karang Taruna Desa mengadakan kegiatan pertunjukan seni di tiap wilayah perdukuhannya dan hari Minggu dilaksanakan Kirab atau Pawai Budaya. Menariknya, dalam setiap tahapan kegiatan ini, makanan utama yang disediakan oleh warga adalah apem dumbo. Sehingga apem dumbo menjadi icon makanan di desa Ngadirenggo saat kegiatan tahunan ini dilaksanakan. Termasuk di tahun ini. Walaupun pelaksanaannya sedikit berbeda akibat munculnya pandemi covid-19 di negeri ini. Sehingga ada beberapa kegiatan yang tidak dijalankan. Tapi untuk kegiatan ritual inti tetap berjalan.

Setidaknya ada beberapa poin positif yang dapat kita petik dari berjalannya ritual adat dan budaya tahunan ini. (1) Masyarakat selalu diingatkan dan tidak melupakan sejarah panjang perjuangan para pendahulunya. (2) Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena selama prosesi selalu mengutamakan doa bersama. (3) Mempererat rasa kekeluargaan antar warga. (4) Menghidupkan kembali semangat gotong-royong di lingkungan. (5) Membiasakan diri untuk hidup bersih secara lahir maupun batin. (6) Bersama-sama dengan seluruh warga dan Pemerintah Desa untuk melahirkan semangat “mbangun desa”. (7) Melestarikan adat dan budaya. (8) Membiasakan untuk tidak melupakan sedekah dan berbagi kepada sesama.

Banyak hal yang dapat dipetik dari perjalanan adat dan budaya yang ada di Negara kita. tidak hanya sekedar hiburan belaka, namun memiliki nilai yang sangat mendalam. Nilai yang mampu mengubah hidup kita menjadi lebih baik dan lebih bermakna.

Selasa, 14 Juli 2020

Penanaman Karakter, Tetap “Mlanthing” di Tengah Pembelajaran Daring


Beberapa waktu lalu pemerintah mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah akibat munculnya pandemi covid-19. Di awal ada yang memang sudah siap dan banyak juga yang bingung karena belum pernah melakukannya. Di awal proses pembelajaran tahun 2020/2021 inipun mungkin belajar dari rumah akan terus dikembangkan.

Banyak sisi positif dan negatif dari adanya perubahan kebiasaan ini, di mana pernah dibahas dalam artikel sebelumnya (https://pingkanhendrayana.blogspot.com/2020/06/mendadak-dangdut-bukan-mendadak-daring.html). Namun dalam sebuah diskusi tentang pembelajaran daring, muncul pertanyaan yang menarik dari peserta, yaitu bagaimana cara untuk menguatkan karakter di masa pembelajaran daring?

Membutuhkan sebuah pemikiran yang bijak dalam menjawab pertanyaan ini. Seorang pendidik harus memiliki strategi yang tepat untuk menanamkan karakter pada peserta didik dalam situasi dan kondisi seperti ini. Di sinilah peran seorang pendidik dituntut mampu mengembangkan dan menunjukkan daya kreatifitas serta inovasinya untuk kepentingan pendidikan. Dengan demikian, sudah tidak ada lagi pendidik yang setiap hari hanya mengulang-ulang materi dan gaya penyampaian yang sama di setiap tahunnya.

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah menentukan ada 18 nilai yang harus dikembangan dalam pendidikan, yaitu nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

Sehingga seorang pendidik harus mampu menanamkan dan mengembangkannya melalui pembelajaran daring. Misalkan penguatan karakter jujur. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jujur memiliki arti lurus hati, tidak berbohong dan tidak curang. Dalam pembelajaran daring, penanaman karakter ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan memberikan penugasan dalam bentuk pembuatan vlog sederhana. Vlog yang dimaksud adalah vlog yang dibuat sendiri dengan aktor/aktrisnya juga dirinya sendiri. Dari penugasan ini secara otomatis pendidik akan mengetahui bagaimana kemampuan dari peserta didik secara mandiri, mulai kemampuan dalam berbicara, merangkai kata, wawasannya dan lain sebagainya sesuai dengan tema yang telah ditentukan.

Penguatan karakter disiplin juga dapat dengan mudah kita tanamkan kepada peserta didik di masa pembelajaran daring. Diantaranya, sesekali kita mengadakan acara diskuli online dengan jadwal yang telah ditentukan. Tidak perlu lama dalam mengadakan diskusi online ini, mengingat target utama dari diskusi ini bukan pada isinya, akan tetapi untuk melihat siapa yang masuk dalam diskusi tepat waktu. Selain itu, kita juga dapat menanamkan karakter disiplin melalui ketepatan peserta didik dalam mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Selain itu, untuk menanamkan dan mengembangkan karakter kreatif juga banyak sekali caranya. Jelas cara yang paling utama adalah pendidiknya harus kreatif terlebih dahulu. Artinya, seorang pendidik harus memiliki ide-ide kreatif untuk memunculkan kreatifitas peserta didik. Tapi jika pendidik tidak memiliki ide kreatif, maka sudah pasti peserta didik juga sulit untuk mengembangkan ide kreatifnya, karena pendidik yang bertugas sebagai pemantik tidak memiliki alat untuk memantiknya.

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk menanamkan dan mengembangkan karakter di tengah pandemi kepada peserta didik. Kata kuncinya adalah tidak mengeluh, kreatif, inovatif dan mau untuk berpikir positif. Dengan begitu, secara bertahap pembelajaran daring ini nantinya akan dapat menjadi kebiasaan dan pada akhirnya menjadi jalan baru untuk menuju kesuksesan.