Sabtu, 22 Agustus 2020

Kibarkan Sang Saka sebagai Wujud Cinta Indonesia

Detik-detik bulan bersejarah Proklamasi Kemerdekaan semakin menjauh. Peristiwa di mana bangsa Indonesia mengalami pergolakan untuk mencapai titik pembebasan dari belenggu penjajah. Tetes demi tetes darah terus mengucur mewarnai perjalanan panjang perjuangan para pahlawan, hingga pada akhirnya tepat tanggal 17 di bulan ini Agustus tahun 1945 sang Proklamator Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Negara kita tercinta.

Kini, sebagai generasi penerus bangsa, kita hanya tinggal melanjutkan perjuangannya dengan lebih mudah. Menyalanya semangat nasionalisme dan patriotisme menjadi modal utama. tidak perlu kita berkalung senjata, tidak perlu juga kita harus mempertaruhkan nyawa untuk mengibarkan Sang Saka. Seperti apa yang telah dilakukan oleh para pejuang pendahulu kita.

Namun, hal yang mudah ini ternyata masih juga belum disadari oleh sebagian orang. memang tidak semua. Banyak orang yang sudah sadar akan tugas melanjutkan perjuangan. Membumikan semangat nasionalisme dan patriotisme pada seluruh generasi bangsa. Mulai dari generasi muda sampai tua.

Mengibarkan bendera Merah Putih di tanggal dan bulan bersejarah menjadi contoh kecil. Sudah banyak orang yang menjalankan apa yang diperintahkan oleh pemegang kebijakan. Namun, ada juga yang acuh terhadapnya dengan berbagai alasan. Mengibarkan bendera Merah Putih di depan rumah memang terlihat gampang. Tapi kadang juga ada yang merasa berat dan kesulitan.

Ini menjadi contoh kecil. Mengibarkan bendera Merah Putih merupakan bentuk rasa cinta tanah air. Bentuk rasa syukur kita atas kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan. Jika kita sedikit menengok ke belakang, bagaimana perjuangan yang berdarah-darah para pendahulu kita, sehingga berkat perjuangan mereka hari ini kita dapat menghirup udara segar tanpa ada tekanan.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Kalimat itulah yang menjadi salah satu penyemangat dan dasar kita untuk tetap mengingat perjuangan dan pengorbanan para pendahulu, sehingga kita terpantik untuk melanjutkan perjuangannya di masa sekarang.

Minggu, 09 Agustus 2020

Nyalakan Kebiasaan (membaca) di Tengah Ketidakbiasaan

Memulai untuk terbiasa memang membutuhkan perjuangan, terlebih membaca. Bagi orang-orang yang memang belum terbiasa, membaca terasa sangat membosankan. Banyak anggapan yang mengatakan membaca adalah kebiasaan yang paling mudah tapi kurang berguna dan hanya membuang waktu saja. Karena hanya duduk, diam, pegang buku dan membacanya, seolah tidak ada indikasi pekerjaan berat dan menghasilkan sama sekali.

Membaca memang tidak membutuhkan fisik yang terlalu berat. Tapi, membaca membutuhkan kekuatan otak untuk melakukannya. Saat kita membaca, otak kita secara otomatis akan bergerak dan terasah, sehingga tanpa kita sadari akan menjadi tajam. Ibarat pisau, jika sering diasah dengan baik dan teratur, maka akan selalu tajam dan siap untuk digunakan. Otak yang tajam inilah yang sangat dibutuhkan dalam menentukan arah perjalanan hidup kita ke depan.

Memulai untuk membiasakan membaca memang membutuhkan niat dan kemauan. Akan kurang baik hasilnya jika kebiasaan membaca berawal dari paksaan. Namun, kadang untuk terbiasa berbuat baik juga butuh paksaan terlebih dahulu. Bukan paksaan yang kelamaan, tapi paksaan untuk sebatas menumbuhkan niat dan kemauan.

Kita coba mengingat kembali sebuah kalimat menarik yang menjadi judul lagu dari salah satu group band terkenal, “Sahabat Jadi Cinta”. Kalimat ini ternyata juga sangat relevan untuk orang-orang yang belum terbiasa membaca tapi ingin menumbuhkan niat dan keinginan membaca.

Salah satu objek membaca adalah buku. Ketika kita menginginkan untuk selalu “hidup” bersama buku, maka harus ada rasa cinta terlebih dahulu di antara keduanya. Menumbuhkan rasa cinta dari hati yang paling dalam itu tidak mudah. Membutuhkan sebuah pendekatan dan strategi yang tepat, salah satunya bersahabat terlebih dahulu. Sehingga sahabat dan cinta ini menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam konteks membiasakan (membaca) di tengah ketidakbiasaan.

Persahabatan akan terjalin manakala kita sering bertemu dan berkomunikasi. Untuk mulai membiasakan membaca buku, maka kita harus bersahabat terlebih dahulu dengannya. Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk memulai persahabatan itu, (1) Mencoba berkenalan terlebih dahulu dengan cara melihat dan merasakan buku tentang apa yang paling kita suka. (2) Mencari bukunya. (3) Mau membawa dan sering bersama buku yang kita suka. Tidak harus memaksakan diri untuk langsung membacanya, cukup dibawa saja dan kalau perlu jadikan menu wajib dalam tas yang akan kita bawa kemana-mana. (4) Baru jika kita berada pada satu titik di mana kita bingung harus berbuat apa, misalkan sedang menunggu seseorang, kehabisan paket data sehingga tidak bisa memainkan gadged dan lain sebagainya, ajaklah sahabat barumu untuk berkomunikasi dan bercengkerama dengan cara memegang, membuka dan membacanya sampai seseorang yang kamu tunggu datang atau sampai rasa bosan kamu hilang.

Jika hal itu dapat terjadi berulang kali, maka dengan sendirinya buku itu akan menjadi sahabat setia yang siap menemani dimanapun kita berada. Lebih jauh lagi, rasa cintapun juga akan tumbuh dengan sendirinya pula seiring perjalanan persahabatan yang kita bina.