Selasa, 26 Desember 2023

SMA, Aku Harus Bagaimana?


SMA, masa-masa yang membawa kita ke pengalaman baru di mana adrenalin remaja membuncah ruah untuk mendapatkan kebebasan. Di masa ini, kita merasa jauh lebih dewasa ketimbang masa SMP. Sering kita terlibat “drama” dengan teman satu geng, kesolidan pertemanan, hingga pengalaman jatuh cinta pada pandangan pertama.

Tugas dan tanggung jawab yang lebih besar dari sebelumnya pun telah menunggu di depan mata. Tumpukan buku, rangkaian kata yang menebalkan hati dari guru, sampai tuntutan nilai dari orang-orang terdekat kita pun menjadi makanan sehari-hari. Semua rasa bercampur aduk menjadi warna-warni goresan kehidupan yang akan membawa kesuksesan di masa depan. Meskipun begitu, masa SMA belum menuntut kita merantau untuk bekerja dan masih bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman. Inilah kemudian banyak orang yang mengatakan masa SMA adalah masa yang paling indah dan sulit untuk dilupakan.

Apakah kita akan melewatkan begitu saja? Tentu tidak. Hanya orang-orang merugilah yang tidak mau memanfaatkan indahnya masa SMA.

SMA adalah awal kita menuju kedewasaan. Di masa inilah kita berselancar dan berlomba-lomba untuk mendapatkan pengalaman. Selain itu, di masa ini juga kita banyak belajar meletakkan pondasi awal sebagai pijakan menuju sukses di masa depan. Apa yang harus kita lakukan?

Pertama, belajar komunikasi dan public speaking dengan baik. Public speaking merupakan kemampuan berbicara di depan umum. Ini menjadi keterampilan yang sangat penting di zaman sekarang. Terlepas nanti memiliki tujuan atau cita-cita profesi di bidang apapun. Kepercayaan diri harus mulai dipupuk sejak dini. Kemampuan berbicara dengan kepercayaan diri di depan publik memiliki banyak manfaat yang tak terbantahkan.

Kedua, belajar membiasakan diri untuk bekerjasama dan berkolaborasi. Kerjasama dan kolaborasi menjadi solusi munculnya berbagai masalah yang dihadapi. Dengan kerjasama dan kolaborasi akan dapat menyatukan kekuatan dari berbagai sisi. Kekuatan inilah yang dapat saling menutupi kelemahan sehingga target yang ditentukan akan lebih mudah dan cepat tercapai.

Ketiga, belajar memimpin dan mengorganisir banyak orang. Seorang pemimpin akan menjadi contoh bagi orang-orang yang dipimpinnya. Apapun yang dia lakukan menjadi sorotan orang-orang di sekitarnya. Mau tidak mau pemimpin harus dapat menunjukkan dirinya patut dicontoh. Seorang pemimpin memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memimpin anggotanya. Sehingga pemimpin harus mampu mengarahkan dan menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya. Inilah yang nanti akan menjadi modal dasar untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya.

Keempat, belajar mengenali emosi diri dan orang lain, bisa memotivasi diri, membina hubungan dan mengelola emosi. Hal ini juga sangat penting untuk dipelajari saat berada di bangku SMA. Tidak harus tuntas, tapi setidaknya mebuka gerbang kecerdasan emosional yang nanti akan dikuatkan seiring berjalannya waktu menghadapi gebyarnya kehidupan.

Kelima, belajar bernegosiasi dan kemampuan persuasif. Dalam kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dengan proses interaksi. Interaksi dengan orang lain tidak selamanya baik, namun juga sangat mungkin buruk. Jika terjadi demikian, maka perlu dilakukan upaya untuk mendamaikan kedua belah pihak yang berkonflik. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan proses negosiasi. Negosiasi merupakan bentuk interaksi sosial yang digunakan untuk mencapai kesepakatan antara pihak-pihak yang memiliki kepentingan berbeda. Dalam kehidupan bermasyarakat, kemampuan ini sangat dibutuhkan.

Inilah lima hal dasar yang perlu dipelajari saat masa SMA. Dengan mempelajari lima hal ini, maka indahnya masa SMA tak akan pernah luntur. Kenangan tak terlupakanpun juga tak akan pernah tergusur. Di sisi lain, dapat dipastikan masa depan akan terlihat terang, bukan bayangan kelam.

Minggu, 29 Januari 2023

Penguatan Karakter: Asing-kah di Tengah Pembelajaran Daring?

 

Pembelajaran daring, dua kata yang akhir-akhir ini sedang menjadi topik perbincangan di dunia pendidikan. Bahkan dalam obrolan santai ada celetukan, kalau dulu viral mendadak dangdut, sekarang yang viral adalah mendadak daring, sehingga ada yang dibuat kaget olehnya.

Ada yang memang sudah siap dan banyak juga yang bingung karena belum pernah melakukannya. Di awal proses pembelajaran tahun 2020/2021 proses belajar dari rumah terus dikembangkan, itupun masih berlanjut hingga sekarang ini di tahun pembelajaran 2021/2022.

Banyak sisi positif dan negatif dari adanya perubahan kebiasaan ini. Akibat munculnya pandemi covid-19 membuat dunia pendidikan harus mengubah kebiasaan yang sudah bertahun-tahun dijalankan. Kebiasaan untuk selalu bertatap muka antara pendidik dan peserta didik, saling bertegur sapa secara langsung di antara mereka, melaksanakan kegiatan secara manual dan lain sebagainya, semua itu sementara harus diubah.

Akibat dari perubahan yang signifikan itu, dan dikuatkan dengan munculnya kebijakan pemerintah membuat dunia pendidikan harus berbenah. Mulai dari pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, bahkan sampai pada peserta didik sekalipun. Semua harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada saat ini.

Dengan adanya kebijakan baru, tentunya ada yang siap dan juga ada yang masih menuju siap. Beberapa orang berpandangan bahwa pembelajaran daring banyak menyimpan kelemahan dalam pelaksanaannya. Diantaranya, (1) Cenderung dalam prosesnya mengabaikan aspek sosial. Artinya, interaksi sosial antara pendidik dengan peserta didik dan antar peserta didik sendiri menjadi berkurang. Sehingga akibat yang nyata, hubungan sosial dan emosionalnya tidak sekuat saat mereka bertemu dan berinteraksi secara langsung.

(2) Pendidik jelas dituntut harus mampu menguasai pembelajaran daring. Tidak hanya menguasai pembelajaran, tetapi pendidik harus kreatif dan memiliki inovasi dalam prosesnya, sehingga peserta didik menjadi tertarik untuk mengikutinya. Jika tidak memiliki banyak inovasi, besar kemungkinan minat belajar peserta didik akan menurun, akibatnya target akhir pembelajaran tidak akan tercapai.

(3) Pembelajaran daring membutuhkan motivasi belajar yang tinggi bagi peserta didik. Karena tanpa adanya motivasi belajar yang tinggi, peserta didik akan kesulitan dalam mengikuti dan memahami materi yang disampaikan. Ini menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat bagi pendidik untuk mampu selalu membangkitkan motivasi belajar peserta didik, terlepas peserta didik juga memiliki andil besar dalam menumbuhkan motivasi belajar dalam dirinya.

(4) Ketersediaan fasilitas pembelajaran daring yang belum merata. Jika di kota-kota besar mungkin tidak ada masalah dalam hal ini, namun di daerah-daerah pinggiran masih sering kita temukan. Mulai dari jaringan wifi yang kadang sulit untuk didapatkan, kemampuan peserta didik dalam menyediakan paket data, hp yang mungkin belum standar dan lain sebagainya.

Namun di balik semua itu, banyak kelebihan yang dapat dirasakan dengan adanya perubahan ini. Dengan kebijakan pembelajaran daring ini, (1) Komunikasi dapat dilaksanakan dengan lebih cepat dan efektif. Kita tidak perlu menunggu harus bertemu secara langsung, namun dengan adanya kebiasaan pembelajaran daring, kita menjadi lebih siap setiap saat untuk berkomunikasi dan belajar.

(2) Kita dapat mengakses pembelajaran secara lebih luas. Dulu kita mengikuti kegiatan diskusi atau seminar harus menunggu waktu yang tepat untuk dapat hadir secara langsung. Bahkan kita sering terkendala dengan batas ruang dan waktu. Tetapi sekarang sudah tidak lagi. Di manapun kita berada, kita dapat mengikutinya. Bahkan tidak hanya terbatas di daerah sendiri, di level yang lebih tinggi tingkat nasional sekalipun misalnya, kita juga dapat dengan mudah untuk mengikutinya. Tentunya malah dengan cakupan peserta dari daerah seantero nusantara.

(3) Peserta didik menjadi terbiasa belajar dengan tidak tergantung pada keberadaan pendidik. Jika dulu ada peserta didik yang belajar hanya saat berada di hadapan pendidik, secara bertahap hal itu akan terkikis. Sehingga kesadaran belajar untuk kepentingan masa depannya akan tumbuh dengan sendirinya.

 

Penguatan Karakter di Pembelajaran Daring: Asing-kah?

Karakter menjadi cerminan suatu bangsa, sebagai penanda, penciri sekaligus pembeda suatu bangsa lainnya. Karakter menjadi jalan sebuah bangsa itu menapaki dan melewati suatu zaman dan mengantarkannya pada suatu derajad tertentu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter yang mampu membangun sebuah peradaban besar yang kemudian mempengaruhi perkembangan dunia. (AKH. Muwafik Saleh, 2012: 1)

Dengan melihat situasi dan kondisi yang demikian itu, lantas muncul pertanyaan yang menarik dari peserta, yaitu bagaimana cara untuk menguatkan karakter di masa pembelajaran daring?

Membutuhkan sebuah pemikiran yang bijak dalam menjawab pertanyaan ini. Seorang pendidik harus memiliki strategi yang tepat untuk menanamkan karakter pada peserta didik dalam situasi dan kondisi seperti ini. Di sinilah peran seorang pendidik dituntut mampu mengembangkan dan menunjukkan daya kreatifitas serta inovasinya untuk kepentingan pendidikan. Dengan demikian, sudah tidak ada lagi pendidik yang setiap hari hanya mengulang-ulang materi dan gaya penyampaian yang sama di setiap tahunnya.

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah menentukan ada 18 nilai yang harus dikembangkan dalam pendidikan, yaitu nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab. (Retno Listyarti, 2012: 5)

Sehingga seorang pendidik harus mampu menanamkan dan mengembangkannya melalui pembelajaran daring. Misalkan penguatan karakter jujur. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jujur memiliki arti lurus hati, tidak berbohong dan tidak curang. Dalam pembelajaran daring, penanaman karakter ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan memberikan penugasan dalam bentuk pembuatan vlog sederhana. Vlog yang dimaksud adalah vlog yang dibuat sendiri dengan aktor/aktrisnya juga dirinya sendiri. Dari penugasan ini secara otomatis pendidik akan mengetahui bagaimana kemampuan dari peserta didik secara mandiri, mulai kemampuan dalam berbicara, merangkai kata, wawasannya dan lain sebagainya sesuai dengan tema yang telah ditentukan.

Penguatan karakter disiplin juga dapat dengan mudah kita tanamkan kepada peserta didik di masa pembelajaran daring. Diantaranya, sesekali kita mengadakan acara diskuli online dengan jadwal yang telah ditentukan. Tidak perlu lama dalam mengadakan diskusi online ini, mengingat target utama dari diskusi ini bukan pada isinya, akan tetapi untuk melihat siapa yang masuk dalam diskusi tepat waktu. Selain itu, kita juga dapat menanamkan karakter disiplin melalui ketepatan peserta didik dalam mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Selain itu, untuk menanamkan dan mengembangkan karakter kreatif juga banyak sekali caranya. Jelas cara yang paling utama adalah pendidiknya harus kreatif terlebih dahulu. Artinya, seorang pendidik harus memiliki ide-ide kreatif untuk memunculkan kreatifitas peserta didik. Tapi jika pendidik tidak memiliki ide kreatif, maka sudah pasti peserta didik juga sulit untuk mengembangkan ide kreatifnya, karena pendidik yang bertugas sebagai pemantik tidak memiliki alat untuk memantiknya.

 

Akhir Kata

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk menanamkan dan mengembangkan karakter di tengah pandemi kepada peserta didik. Kata kuncinya adalah tidak mengeluh, kreatif, inovatif dan mau untuk berpikir positif. Dengan begitu, secara bertahap pembelajaran daring ini nantinya akan dapat menjadi kebiasaan dan pada akhirnya menjadi jalan baru untuk menuju kesuksesan.

Mengubah kebiasaan memang terkesan berat. Apalagi jika kebiasaan itu sudah mengakar atau bahkan menyatu dengan urat nadi kita. Namun, ketika ada niatan yang kuat dan tindakan yang nyata, maka tidak ada yang tidak mungkin. Sebuah perubahan memang membutuhkan proses yang panjang. Perubahan juga membutuhkan keberanian. Berani untuk menerima kritik, berani untuk berpikir positif dan berani untuk menjadi lebih baik. Hari ini dunia pendidikan membutuhkan orang-orang yang mau berpikir positif, orang-orang yang mampu menebar optimisme, bukan orang-orang yang suka menebar kebencian membabibuta. Dengan begitu, suatu saat kita akan berada pada titik di mana kita merasa bangga dengan perjuangan yang telah kita lakukan bersama.

 

Daftar Pustaka

Listyarti, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif. Jakarta: Penerbit Erlangga

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Saleh, Muwafik AKH. 2012. Membangun Karakter dengan Hati nurani. Jakarta: Penerbit Erlangga

Minggu, 23 Oktober 2022

BAGAIMANA MENENTUKAN KEPUTUSAN YANG TEPAT?

 


Seorang guru yang juga menjadi pemimpin dalam pembelajaran harus mampu menjadi tauladan yang baik, mampu memberikan semangat dan motivasi dari tengah, dan memberikan dorongan dari belakang seperti semboyang yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangung Karso, Tut Wuri Handayani. Guru juga harus benar-benar memahami bahwa tugas utamanya adalah menuntun murid berdasarkan potensinya untuk menjadi manusia yang memiliki kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun anggota masyarakat sesuai dengan kodratnya.

Atas dasar itulah, guru harus dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dan berpihak kepada murid.

Sebelum mengambil sebuah keputusan yang tepat, terlebih dahulu seorang guru harus memiliki keterampilan coaching. Coaching merupakan keterampilan menggali kemampuan orang lain dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya (Coachee). Dengan memiliki keterampilan coaching, guru akan mampu melihat berbagai opsi dan prediksi keputusan yang akan diambil. Keterampilan coaching ini diantaranya membuat pertanyaan berbobot, memiliki pembawaan positif, kemampuan mendengarkan dan memotivasi, kemampuan memandu percakapan serta memiliki komitmen untuk terus belajar.

Dalam proses pengambilan keputusan seorang guru juga harus mampu mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya. Mulai dari memiliki kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self managemen), kesadaran sosial (social awareness), dan keterampilan hubungan sosial (relationship skills).

Pengambilan keputusan itu paling banyak dilakukan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini kadang seorang guru dihadapkan pada kasus yang berfokus pada permasalahan moral atau etika. Saat seorang guru dihadapkan pada kasus yang demikian, maka harus segera kembali pada pemahaman terhadap sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dari situ akan dapat diketahui kasus ini merupakan dilema etika atau bujukan moral. Jika dilema etika, guru perlu melakukan pertimbangan terhadap empat paradigma dan tiga prinsip pengambilan keputusan. Jika merupakan bujukan moral, maka seorang guru harus tegas kembali pada nilai-nilai kebenaran.

Ketepatan dalam mengambil sebuah keputusan sangat penting bagi seorang guru. Karena keputusan yang tepat akan memberikan dampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Keputusan yang tepat juga akan memberikan perubahan ke arah positif. Dalam membuat sebuah perubahan, guru dapat menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif melalui tahapan BAGJA (buat pertanyaan, ambil pelajaran, gali mimpi, jabarkan rencana, dan atur eksekusi).

Menentukan sebuah keputusan membutuhkan strategi yang tepat. Hal itu tidak mudah, karena akann banyak tantangan yang harus dihadapi. Di antaranya ada anggapan dari orang lain (teman sejawat) bahwa guru terlalu sabar dalam mengahadapi suatu permasalahan, adanya kemungkinan hilangnya rasa kepercayaan dari murid saat guru menentukan keputusan yang berbenturan dengan keyakinan kelas, dan lain sebagainya.

Namun demikian guru tidak boleh putus asa. Guru harus selalu ingat bahwa semua itu dilakukan semata-mata untuk mencapai kebahagiaan murid sesuai potensi yang dimiliki, tentunya melalui proses pembelajaran yang merdeka dan pengambilan keputusan yang tidak merampas kebahagiaan serta potensi yang dimiliki oleh murid.

Ingat, dalam mengambil sebuah keputusan, seorang guru harus berada dalam kondisi kesadaran penuh (mindfulness) dan sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara. Dalam mengambil sebuah keputusan seorang guru juga harus menggunakan langkah yang tepat agar dapat membedakan permasalahan yang dihadapinya merupakan dilema etika atau bujukan moral.

Sebelum memahami materi ini, mungkin guru sering mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga akibatnya tidak terjadi perubahan yang signifikan. Untuk itu, marilah kita berbenah. Pahami dengan benar konsep pengambilan keputusan yang tepat berikut strategi dan langkah-langkahnya. Dengan demikian, banyak hal yang akan didapat, salah satunya adalah harapan besar perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik sudah berada di depan mata. Saatnya berubah, saatnya mengubah, dan saatnya siap menerima perubahan yang nyata.


Rabu, 28 September 2022

COACHING, KARENA ADA MASALAH?

 


Menjadi seorang guru harus siap untuk berada di antara murid dengan segala perbedaannya. Seorang guru harus benar-benar memiliki komitmen yang kuat untuk bersama-sama murid menebalkan garis samar yang dimilikinya. Seorang guru juga harus siap menuntun murid untuk mengubah perilaku menjadi lebih baik sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Menuntun dapat dilakukan dengan menggunakan banyak cara, salah satunya dengan melakukan proses coaching.

Coaching merupakan sebuah proses yang memposisikan guru sebagai coach dan murid sebagai coachee. Tujuan utama proses ini adalah untuk menemukan potensinya agar dapat hidup sesuai dengan kodrat alam dan tuntutan zaman. Guru sebagai penuntun hadir untuk menggali potensi yang dimiliki murid dengan mengarahkannnya dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi, bukan memberikan solusi.

Komunikasi baik menjadi jalan utama untuk melakukan pendekatan dalam rangka membangun kenyamanan dan kesetaraan hingga tercipta rasa empati, saling menghormati, menghargai antara guru dan murid. Selain itu, komunikasi baik juga menjadi rangkaian proses menemukenali potensi yang dimiliki murid sebagai bentuk kekuatan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Bukan zamannya lagi guru menjadi orang yang superior dalam kelas. Bukan eranya lagi guru menjadi sumber dari segala sumber pembelajaran di sekolah. Tetapi sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara Tut Wuri Handayani, murid-lah yang menjadi fokus utama dalam proses pembelajaran. Guru hadir bersama murid untuk belajar bersama mengenali kekuatan yang dimilikinya dengan tujuan menebalkan garis samar yang telah ada.

Guru sebagai coach memberikan kebebasan kepada murid untuk benar-benar menemukan kekuatan dan potensi yang dimiliki. Tidak ada lagi murid yang merasa terpaksa untuk melakukan serangkaian proses pembelajaran. Juga tidak ada lagi murid yang melakukan tahapan pendidikan hanya karena menginginkan mendapatkan pujian. Yang ada proses menemukenali dan menguatkan potensi diri dengan kemerdekaan dan kasih sayang.

Butuh strategi pembelajaran yang tepat agar tercipta suasana kelas yang nyaman dan kondusif. Salah satunya dengan model pembelajaran berdiferensiasi. Model pembelajaran ini sangat memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan minat, profil dan kesiapan belajarnya. Hal ini dilakukan untuk menggali kebutuhan murid dengan memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki. Dalam hal ini guru sebagai coach hadir di tengah-tengah mereka.

Tidak hanya proses pembelajaran saja, guru sebagai coach juga harus hadir di saat murid mengalami suatu permasalahan. Dibutuhkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) untuk memfasilitasi berkembangnya potensi yang dimiliki murid. Dengan optimalisasi kompetensi sosial emosional ini, diharapkan murid mampu menyelesaikan setiap masalah dengan potensi dan kemampuannya sendiri. Seluruh potensi akan tergali dengan adanya proses coaching yang dilakukan guru.

Coaching sangat dibutuhkan untuk mengeksplorasi murid agar mampu memunculkan potensinya. Coaching tidak hanya berawal dari masalah, tetapi juga dari kondisi yang memungkinkan murid mampu memaksimalkan potensi dan kekuatannya untuk menemukan dan menyelesaikannya sendiri.

Terdapat beberapa model dalam proses coaching, di antaranya model GROW yang menjadi pijakan dalam melakukan coaching yang selanjutnya dikembangkan menjadi model TIRTA yang meliputi langkah-langkahCoaching yang dilakukan coach kepada coachee sedikitnya membutuhkan empat keterampilan diantaranya:

Proses coaching sebagai bentuk usaha yang dilakukan guru untuk menuntun segala potensi, keunikkan dan kekuatan murid untuk hidup sesuai kodratnya dan memperbaiki lakunnya. Proses coaching menjadikan murid untuk bisa hidup sebagai individu dan bagian dari masyarakat yang mampu mengenali, menggali dan memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.


Kamis, 15 September 2022

BUDAYA POSITIF JADIKAN SEKOLAH KONDUSIF

Suasana sekolah akan lebih kondusif, nyaman, dan menyenangkan manakala seluruh warganya menjalankan disiplin positif. Di dalamnya tidak ada yang merasa tertekan atau terlalu ambisi untuk mendapatkan pujian.

Pendidikan haruslah membimbing dan menguatkan apa yang ada di dalam diri setiap murid agar dapat memperbaiki tingkah lakunya, cara hidupnya dan pertumbuhannya. Dalam proses pembelajaran, murid diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan potensi bakat dan minatnya sebagai individu yang unik.

Guru diharapkan memiliki nilai-nilai positif yang dibutuhkan untuk membentuk karakter pelajar Pancasila dengan memberikan contoh dan melakukan pembiasaan yang konsisten di sekolah.

Disiplin positif merupakan suatu cara penerapan disiplin tanpa kekerasan dan ancaman yang dalam praktiknya melibatkan komunikasi tentang perilaku yang efektif antara orang tua dan murid. Dalam penerapan disiplin positif ini, murid diajarkan untuk memahami konsekuensi dari perilaku mereka. Selain itu, disiplin positif juga mengajarkan murid tanggung jawab serta rasa hormat dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Disiplin positif merupakan salah satu cara penerapan disiplin yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran serta memberdayakan murid untuk melakukan sesuatu tanpa tendensi pragmatis apapun.

Disiplin positif membuat murid mengerti bahwa ketika ia tidak terlambat dalam mengikuti proses pembelajaran, maka ia akan merasa nyaman, bukan karena takut akan dihukum oleh siapapun jika tidak melakukannya atau karena ingin mendapatkan pujian.

Pengembangan budaya positif dapat menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berbudi pekerti luhur serta berakhlak mulia.

Pengembangan budaya disiplin positif sangat penting diterapkan di sekolah. Seperti contoh di salah satu SMA yang ada di kabupaten Trenggalek. Karena merasa budaya disiplin positif sangat perlu dan penting untuk dikembangkan, maka berbagai strategi penguatan dijalankan. Hal yang pertama dilakukan di tahun akademik 2022/2023 adalah melaksanakan sosialisasi awal kepada Bapak Ibu Guru Pembina OSIS dan MPK. Di sekolah ini terdapat 12 pembina OSIS dan MPK yang menjadi garda terdepan dalam mendampingi murid menjalankan tugas/kegiatan keseharian.

Pembina OSIS dan MPK harus mampu menjadi contoh dan teladan bagi teman sejawat dan murid-muridnya.

Selanjutnya proses sosialisasi dan penerapan budaya positif ini juga dilakukan kepada Pengurus OSIS dan Pimpinan MPK. Sebanyak 53 murid inilah yang paling banyak melaksanakan program-program di sekolah baik akademik maupun non akademik. Mereka jugalah yang biasanya menjadi pendidik sebaya bagi teman-temannya. Untuk itu, sangat diperlukan pembiasaan budaya positif bagi mereka terlebih dahulu.

Tidak hanya itu, di salah satu sekolah yang ada di kabupaten Trenggalek ini juga memiliki banyak sekali ekstrakurikuler untuk mewadahi bakat dan potensi murid. Mereka juga harus menjadi sasaran awal dalam proses sosialisasi dan penerapan budaya positif agar juga dapat bersama-sama Pengurus OSIS dan Pimpinan MPK untuk menjadi contoh dan pendidik sebaya bagi teman-temannya. Dua ekstrakurikuler awal yang menjadi sasarannya adalah Komando Pasukan Khusus dan ekstrakurikuler Teater. Dua ekstrakurikuler ini memiliki banyak anggota dan memiliki ciri khas sendiri-sendiri.

Di tahun akademik 2022/2023, sekolah ini juga digunakan untuk praktik mengajar mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Trenggalek. Mengingat mereka juga nantinya akan menjadi generasi pendidik di masa depan, maka juga tidak luput menjadi sasaran sosialisasi penerapan budaya positif di sekolah ini.

Semua ini dilakukan semata-mata demi terwujudnya sekolah yang kondusif, nyaman, dan menyenangkan untuk proses pembelajaran. Sehingga seluruh warganya dapat menjalankan kegiatan tanpa ada yang merasa tertekan atau terlalu ambisi untuk mendapatkan pujian.







Selasa, 30 Agustus 2022

MASIHKAH TERLELAP DALAM TIDUR PANJANG?


Tahun 2022 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi bangsa Indonesia. Hampir di seluruh bidang mengalami guncangan, termasuk dunia pendidikan. Perubahan cara belajar yang baru dari daring selama kurang lebih tiga tahun menjadi kembali luring membuat sebagian orang kembali terkaget. Bukan karena suka atau tidak suka, namun lebih pada permasalahan kesiapan mental dalam menghadapinya. Ada sebagian pelaku pendidikan yang memang sudah siap melaksanakannya, tapi ada juga yang belum siap sama sekali dalam menghadapinya karena “terninabobokkan” oleh pembiasaan daring.

Perubahan cara belajar dari tatap maya untuk kembali menjadi tatap muka memang membutuhkan niat dan motivasi yang luar biasa, terlebih bagi anak-anak kta.

Kadang kita mendengar ada anak yang mengeluh dengan dikembalikannya pada cara belajar sebelumnya (sebelum pandemi). Mereka beranggapan rutinitas hidupnya harus berubah drastis. Mereka harus kembali bangun pagi, menyiapkan semua proses pendidikan di sekolah, dan menjalankan kegiatan dalam waktu yang panjang.

Atas dasar ketidaksiapan dan masih dalam proses adaptasi inilah yang menjadi senjata ampuh bagi sebagian kecil anak-anak kita untuk tidak melaksanakan aturan yang telah disepakati bersama di sekolah.

Tidak ayal kita sebagai pendidik sering mendapati peserta didik yang datang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Alasan klasik yang selalu dimunculkan adalah terlambat bangun akibat belum terbiasa karena masih dalam masa transisi usai pandemi. Ini kadang membuat pendidik benar-benar diuji kesabarannya dalam rangka menguatkan karakter peserta didik menjadi lebih baik.

Namun, kita tidak boleh tinggal diam, apalagi hilang kesabaran. Jika semua hanya meluapkannya dengan energi negatif belaka, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Sedapat mungkin harus mencoba mencari solusi untuk tetap bertahan menjadi penuntun bagi anak-anak kita menuju lahirnya kembali pembiasaan yang positif. Jika menyerah, maka pendidikan anak bangsa yang menjadi taruhannya. Generasi pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini hanya akan menjadi sebuah pertanyaan.

Tugas utama kita adalah “menyuntikkan” kembali semangat kepada anak-anak yang belum mampu kembali dari “tidur panjangnya”. Karena anak-anak kita menjadi titik fokus dalam dunia pendidikan.

Hal yang perlu kita lakukan adalah memberikan kesempatan kepada mereka untuk menceritakan apa masalah yang mereka hadapi sehingga kebiasaan baru untuk taat aturan belum bisa dikembalikan. Pendidik harus sabar menjadi pendengar setia bagi anak-anaknya. Baru setelah mereka puas bercerita, kita dapat menangkap dan memberikan pemantik kepada anak-anak kita untuk melahirkan keinginan menjadi lebih baik dari dalam dirinya. Secara perlahan keingan untuk menjadi lebih baik akan terlahir dengan sendirinya. Dengan demikian kita tinggal memberikan motivasi sebagai penguat untuk memantapkan keinginan dalam upaya menjalankan kesepakatan.

Butuh orang-orang yang mampu memberikan motovasi dan pendampingan kepada mereka, agar mereka tetap memiliki semangat yang benar-benar tertancap. Karena ketika semangat mereka luntur, maka akan mudah sekali untuk kembali terjerumus dalam kebiasaan yang kurang mendidik.

Untuk itu, di saat kita telah melaksanakan berbagai strategi demi lahirnya kembali semangat anak-anak kita menjadi lebih baik, maka saat itu pula kita juga harus mau dan mampu menggerakkan orang-orang di sekitar kita melaksanakan hal yang sama.

Sesuatu yang baik tidak cukup dilakukan sendiri. Sesuatu yang baik membutuhkan kebersamaan untuk menjalankan. Dengan kebersamaan yang dilandasi kesamaan tujuan, maka keyakinan untuk dapat mengembalikan kebiasaan seperti sebelum masa “tidur panjang” akan benar-benar kembali terlahirkan.

Jumat, 03 Juni 2022

BERANIKAH UNTUK BERUBAH?

 

Jurnal Dwimingguan Refleksi Modul 1.1

Selamat datang tantangan. Sembilan hari terakhir memiliki warna baru dalam goresan tinta kehidupan. Rutinitas dalam dunia pendidikan menjadi penuh tantangan. Mengajar, menjalankan tugas tambahan di sekolah bukan lagi satu patokan yang harus dijalankan. Namun, kini bertambah satu warna lagi dengan menjalani aktivitas sebagai calon guru penggerak dalam tahap pendidikan.

Perjalanan untuk menuju tahapan pendidikan calon guru penggerak memang sangat panjang dan penuh dengan likuan. Kini, keinginan itu benar-benar ada di genggaman. Bahkan tak terasa sembilan belas haripun telah terlewatkan.

Sebelum benar-benar masuk dalam tahap pendidikan, banyak informasi yang yang beredar bahwa masa ini adalah masa yang sangat membosankan dan membuat hari-hari kita kelimpungan. Berbagai macam masukan yang seolah-olah membuat keberanian kita menciut tak terhindarkan. Sehingga hampir saja kaki ini tak kuasa menahan keinginan untuk berbalik tidak melanjutkan tahapan usai pengumuman.

Satu, dua, tiga hari berjalan seolah diri ini tidak percaya. Angan tak sesuai dengan kenyataan. Angan kita mengatakan masa pendidikan sangat membosankan, tapi ternyata berbalik sangat menyenangkan. Tapi lagi-lagi masih terpatahkan dengan kalimat “mungkin masih tiga hari”.

Hari pun berlanjut, ternyata hingga sembilan belas hari ini sama sekali belum pernah bertemu dengan kata “membosankan” seperti yang terukir miris di dalam angan. Semua itu bukan tanpa sebab.

Dalam masa pendidikan tahap awal ini, banyak hal yang didapat. Kita bertemu dengan orang-orang yang hebat, dan bahkan dengan cepat kita dapat membangun jejaring untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman. Kita dapat saling berbagi apa yang pernah kita alami, kita pun juga dapat memadukan pemikiran untuk menghasilkan sesuatu yang dapat diimplementasikan di lapangan.

Tidak hanya itu, hal yang lebih penting dalam masa pendidikan tahap awal ini kita diajak untuk merefleksi filosofis pendidikan nasional menurur konsep Ki Hadjar Dewantara. Ternyata setelah didalami betul, konsep Ki Hadjar Dewantara sangat luar biasa. Melihat kondisi yang serba sulit terukur seperti saat ini, dunia pendidikan kita sangat membutuhkan kembali diberlakukannya konsep tersebut.

Ada empat dasar pemikiran Ki Hdjar Dewantara dalam dunia pendidikan yaitu menuntun, kodrat alam dan kodrat sosial, budi pekerti, dan “menghamba” pada murid. Selain itu terdapat juga trilogi pendidikan Ki Hadjar Dewantara Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.

Konsep di atas memiliki penjelasan yang sangat mendalam. Dalam tahapan awal pendidikan ini, konsep di atas dibahas dengan tuntas. Hal ini menambah semangat dan keinginan sebagai pendidik lebih yakin dan berani untuk benar-benar menerapkannya dalam proses pendidikan dan pembelajaran.

Keyakinan memang sudah ada, tetapi keberanian untuk menerapkannya masih sulit terwujud mengingat situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan saat ini. Namun kini, keberanian itu benar-benar tumbuh yang didukung dengan keberadaan konsep dan kebijakan yang ditelurkan pemerintah seiring berkembangnya zaman.

Proses pendidikan calon guru penggerak masih belum genap satu bulan. Ada lebih dari lima bulan lagi harus belajar untuk menempa diri. Bukan sama sekali tanpa kendala dalam menjalaninya. Dengan munculnya hal baru pasti membutuhkan proses beradaptasi dari berbagai sisi. Yang paling utama tentunya penataan jadwal kegiatan di sekolah dan proses pendidikan. Namun, kami tetap yakin seiring berjalannya waktu semua akan baik-baik saja.

Perubahan membutuhkan keberanian. Perubahan juga membutukan sebuah gerakan. Tentunya gerakan nyata untuk desain besar kemajuan bangsa. Jika semua bergerak bersama, memiliki keberanian yang sama, pasti anak didik kita akan tersenyum lega. Karena masa depannya sudah terpampang di depan mata dan tinggal selangkah lagi untuk meraihnya.

 

PINGKAN HENDRAYANA, M.Pd.

Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Trenggalek  Provinsi Jawa Timur