Rabu, 28 September 2022

COACHING, KARENA ADA MASALAH?

 


Menjadi seorang guru harus siap untuk berada di antara murid dengan segala perbedaannya. Seorang guru harus benar-benar memiliki komitmen yang kuat untuk bersama-sama murid menebalkan garis samar yang dimilikinya. Seorang guru juga harus siap menuntun murid untuk mengubah perilaku menjadi lebih baik sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Menuntun dapat dilakukan dengan menggunakan banyak cara, salah satunya dengan melakukan proses coaching.

Coaching merupakan sebuah proses yang memposisikan guru sebagai coach dan murid sebagai coachee. Tujuan utama proses ini adalah untuk menemukan potensinya agar dapat hidup sesuai dengan kodrat alam dan tuntutan zaman. Guru sebagai penuntun hadir untuk menggali potensi yang dimiliki murid dengan mengarahkannnya dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi, bukan memberikan solusi.

Komunikasi baik menjadi jalan utama untuk melakukan pendekatan dalam rangka membangun kenyamanan dan kesetaraan hingga tercipta rasa empati, saling menghormati, menghargai antara guru dan murid. Selain itu, komunikasi baik juga menjadi rangkaian proses menemukenali potensi yang dimiliki murid sebagai bentuk kekuatan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Bukan zamannya lagi guru menjadi orang yang superior dalam kelas. Bukan eranya lagi guru menjadi sumber dari segala sumber pembelajaran di sekolah. Tetapi sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara Tut Wuri Handayani, murid-lah yang menjadi fokus utama dalam proses pembelajaran. Guru hadir bersama murid untuk belajar bersama mengenali kekuatan yang dimilikinya dengan tujuan menebalkan garis samar yang telah ada.

Guru sebagai coach memberikan kebebasan kepada murid untuk benar-benar menemukan kekuatan dan potensi yang dimiliki. Tidak ada lagi murid yang merasa terpaksa untuk melakukan serangkaian proses pembelajaran. Juga tidak ada lagi murid yang melakukan tahapan pendidikan hanya karena menginginkan mendapatkan pujian. Yang ada proses menemukenali dan menguatkan potensi diri dengan kemerdekaan dan kasih sayang.

Butuh strategi pembelajaran yang tepat agar tercipta suasana kelas yang nyaman dan kondusif. Salah satunya dengan model pembelajaran berdiferensiasi. Model pembelajaran ini sangat memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan minat, profil dan kesiapan belajarnya. Hal ini dilakukan untuk menggali kebutuhan murid dengan memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki. Dalam hal ini guru sebagai coach hadir di tengah-tengah mereka.

Tidak hanya proses pembelajaran saja, guru sebagai coach juga harus hadir di saat murid mengalami suatu permasalahan. Dibutuhkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) untuk memfasilitasi berkembangnya potensi yang dimiliki murid. Dengan optimalisasi kompetensi sosial emosional ini, diharapkan murid mampu menyelesaikan setiap masalah dengan potensi dan kemampuannya sendiri. Seluruh potensi akan tergali dengan adanya proses coaching yang dilakukan guru.

Coaching sangat dibutuhkan untuk mengeksplorasi murid agar mampu memunculkan potensinya. Coaching tidak hanya berawal dari masalah, tetapi juga dari kondisi yang memungkinkan murid mampu memaksimalkan potensi dan kekuatannya untuk menemukan dan menyelesaikannya sendiri.

Terdapat beberapa model dalam proses coaching, di antaranya model GROW yang menjadi pijakan dalam melakukan coaching yang selanjutnya dikembangkan menjadi model TIRTA yang meliputi langkah-langkahCoaching yang dilakukan coach kepada coachee sedikitnya membutuhkan empat keterampilan diantaranya:

Proses coaching sebagai bentuk usaha yang dilakukan guru untuk menuntun segala potensi, keunikkan dan kekuatan murid untuk hidup sesuai kodratnya dan memperbaiki lakunnya. Proses coaching menjadikan murid untuk bisa hidup sebagai individu dan bagian dari masyarakat yang mampu mengenali, menggali dan memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar