Sabtu, 19 Desember 2020

Karya Sastra, Pengalaman dan Ekspresi Jiwa

 


Berbicara karya sastra memang menarik dan seolah tidak ada batasnya. Banyak orang menjadikan karya sastra sebagai hal yang sangat nikmat untuk menghiasi lekuk kehidupannya. Ada pula yang menjadikan karya sastra sebagai tempat pelampiasan terhadap apa yang dirasakan setiap harinya.

 

Karya sastra merupakan salah satu karya seni yang menggambarkan kenyataan yang ada di masyarakat. Karya seni tersebut terbentuk melalui sentuhan imajinasi dan kreatifitas pengarangnya, sehingga menjadi suatu bentuk karya seni yang estetik namun tetap syarat dengan makna. Sesungguhnya diakui atau tidak, memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun ini harus dilakukan. Karena dengan kita mampu memahaminya maka secara otomatis kita juga akan mampu merasakannya.

 

Abrams (dalam Sriwahyuningtyas dan Wijaya Heru Santosa, 2011: 1) mengatakan ada empat pendekatan terhadap karya sastra, yaitu pendekatan mimetik, pendekatan pragmatik, pendekatan ekspresif, dan pendekatan objektif. Teori struktural termasuk pendekatan objektif, yaitu pendekatan yang menganggap karya sastra dapat berdiri sendiri, menganggap bahwa karya sastra bersifat otonom, terlepas dari alam sekitarnya, baik pembaca maupun pengarangnya sendiri. Oleh karena itu, untuk dapat memahami sebuah karya sastra, harus dianalisis strukturnya.

 

Karya sastra juga merupakan sebuah struktur yang kompleks. Pengertian struktur menunjuk pada susunan atau tata urutan unsur yang saling berhubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Unsur ini adalah ide dan emosi yang dituangkan, sedangkan unsur bentuk adalah semua elemen linguis yang dipakai untuk menuangkan isi ke dalam unsur fakta cerita, sarana cerita, dan tema sastra, seperti yang diungkapkan oleh Wellek dan Werren (dalam Sriwahyuningtyas dan Wijaya Heru Santosa, 2011: 2).

 

Faruk (2009: 39) mengemukakan bahwa pengertian sastra dapat ditinjau dari berbagai sisi, yaitu: (1) sastra sebagai tulisan, kemungkinan sastra sebagai tulisan tidak dapat dielakkan, karena secara etimologis sastra itu sendiri sebagai nama yaitu tulisan. (2) sastra sebagai bahasa, bahasa tampaknya merupakan unsur penting dan dasar dari pengertian sastra. Namun, bahasa cenderung tidak dianggap sepenuhnya identik dengan sastra. Sastra dipahami sebagai bahasa tertentu yang khusus, berbeda dari bahasa pada umumnya. (3) sastra sebagai karya fiktif-imajinatif, acuan karya sastra bukanlah dunia nyata, melainkan dunia fiksi, imajinasi. Pernyataan-pernyataan yang ada di dalam berbagai genre sastra bukanlah preposisi-preposisi logis. Karakter di dalam karya-karya sastra bukan tokoh-tokoh sejarah dalam kehidupan nyata. Tokoh-tokoh dalam karya sastra itu merupakan hasil ciptaan atau rekaan pengarang yang muncul begitu sasja, tidak mempunyai sejarah, tidak mempunyai masa lalu. Ruang dan waktu dalam karya sastrapun bukan ruang dan waktu kehidupan nyata.

 

Selain itu, Faruk (2009: 44) juga mengungkapkan definisi karya sastra yang ke (4) yaitu bahwa karya sastra sebagai ekspresi jiwa, definisi ini dianut oleh aliran romantik dan bahkan definisi itu masih dianut hingga sekarang. Subagyo Sastrowardoyo (dalam Faruk, 2009: 44) mempercayai bahwa karya-karya puisinya merupakan usaha untuk memotret apa yang berlangsung dengan cepat dalam jiwanya, dalam bawah sadarnya.

 

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Atar Semi, 1988: 8). Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam segi kehidupannya maka ia tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan ide, teori, atau sistem berpikir, tetapi juga merupakan media untuk menampung ide, teori, atau sistem berpikir manusia. Sebagai karya kratif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia. Di samping itu, sastra harus pula mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide  yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan umat manusia. Perlu ditegaskan kembali bahwa objek seni sastra adalah pengalaman hidup manusia terutama yang menyangkut sosial budaya, kesenian dan sistem berpikir.

 

Pengalaman hidup menjadi modal dasar untuk melahirkan karya yang indah dan dapat dinikmati oleh banyak orang. Apalagi jika dipadu dengan ide dan pemikiran yang brillian, dapat dipastikan akan menghasilkan karya yang tidak hanya untuk dibaca, tapi juga untuk dirasakan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar