Pembelajaran daring,
dua kata yang akhir-akhir ini sedang menjadi topik perbincangan di dunia
pendidikan. Bahkan dalam obrolan santai ada celetukan, kalau dulu viral
mendadak dangdut, sekarang yang viral adalah mendadak daring, sehingga ada yang
dibuat kaget olehnya.
Ada yang memang sudah
siap dan banyak juga yang bingung karena belum pernah melakukannya. Di awal
proses pembelajaran tahun 2020/2021 proses belajar dari rumah terus dikembangkan,
itupun masih berlanjut hingga sekarang ini di tahun pembelajaran 2021/2022.
Banyak sisi positif dan
negatif dari adanya perubahan kebiasaan ini. Akibat munculnya pandemi covid-19
membuat dunia pendidikan harus mengubah kebiasaan yang sudah bertahun-tahun
dijalankan. Kebiasaan untuk selalu bertatap muka antara pendidik dan peserta
didik, saling bertegur sapa secara langsung di antara mereka, melaksanakan
kegiatan secara manual dan lain sebagainya, semua itu sementara harus diubah.
Akibat dari perubahan
yang signifikan itu, dan dikuatkan dengan munculnya kebijakan pemerintah
membuat dunia pendidikan harus berbenah. Mulai dari pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, bahkan sampai pada peserta didik sekalipun. Semua
harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada saat ini.
Dengan adanya kebijakan
baru, tentunya ada yang siap dan juga ada yang masih menuju siap. Beberapa
orang berpandangan bahwa pembelajaran daring banyak menyimpan kelemahan dalam
pelaksanaannya. Diantaranya, (1) Cenderung dalam prosesnya mengabaikan aspek
sosial. Artinya, interaksi sosial antara pendidik dengan peserta didik dan
antar peserta didik sendiri menjadi berkurang. Sehingga akibat yang nyata,
hubungan sosial dan emosionalnya tidak sekuat saat mereka bertemu dan
berinteraksi secara langsung.
(2) Pendidik jelas
dituntut harus mampu menguasai pembelajaran daring. Tidak hanya menguasai pembelajaran,
tetapi pendidik harus kreatif dan memiliki inovasi dalam prosesnya, sehingga
peserta didik menjadi tertarik untuk mengikutinya. Jika tidak memiliki banyak
inovasi, besar kemungkinan minat belajar peserta didik akan menurun, akibatnya
target akhir pembelajaran tidak akan tercapai.
(3) Pembelajaran daring
membutuhkan motivasi belajar yang tinggi bagi peserta didik. Karena tanpa
adanya motivasi belajar yang tinggi, peserta didik akan kesulitan dalam
mengikuti dan memahami materi yang disampaikan. Ini menjadi pekerjaan rumah
yang cukup berat bagi pendidik untuk mampu selalu membangkitkan motivasi
belajar peserta didik, terlepas peserta didik juga memiliki andil besar dalam
menumbuhkan motivasi belajar dalam dirinya.
(4) Ketersediaan
fasilitas pembelajaran daring yang belum merata. Jika di kota-kota besar
mungkin tidak ada masalah dalam hal ini, namun di daerah-daerah pinggiran masih
sering kita temukan. Mulai dari jaringan wifi yang kadang sulit untuk
didapatkan, kemampuan peserta didik dalam menyediakan paket data, hp yang
mungkin belum standar dan lain sebagainya.
Namun di balik semua
itu, banyak kelebihan yang dapat dirasakan dengan adanya perubahan ini. Dengan
kebijakan pembelajaran daring ini, (1) Komunikasi dapat dilaksanakan dengan
lebih cepat dan efektif. Kita tidak perlu menunggu harus bertemu secara
langsung, namun dengan adanya kebiasaan pembelajaran daring, kita menjadi lebih
siap setiap saat untuk berkomunikasi dan belajar.
(2) Kita dapat
mengakses pembelajaran secara lebih luas. Dulu kita mengikuti kegiatan diskusi
atau seminar harus menunggu waktu yang tepat untuk dapat hadir secara langsung.
Bahkan kita sering terkendala dengan batas ruang dan waktu. Tetapi sekarang
sudah tidak lagi. Di manapun kita berada, kita dapat mengikutinya. Bahkan tidak
hanya terbatas di daerah sendiri, di level yang lebih tinggi tingkat nasional
sekalipun misalnya, kita juga dapat dengan mudah untuk mengikutinya. Tentunya
malah dengan cakupan peserta dari daerah seantero nusantara.
(3) Peserta didik
menjadi terbiasa belajar dengan tidak tergantung pada keberadaan pendidik. Jika
dulu ada peserta didik yang belajar hanya saat berada di hadapan pendidik,
secara bertahap hal itu akan terkikis. Sehingga kesadaran belajar untuk
kepentingan masa depannya akan tumbuh dengan sendirinya.
Penguatan Karakter di Pembelajaran
Daring: Asing-kah?
Karakter menjadi
cerminan suatu bangsa, sebagai penanda, penciri sekaligus pembeda suatu bangsa
lainnya. Karakter menjadi jalan sebuah bangsa itu menapaki dan melewati suatu
zaman dan mengantarkannya pada suatu derajad tertentu. Bangsa yang besar adalah
bangsa yang memiliki karakter yang mampu membangun sebuah peradaban besar yang
kemudian mempengaruhi perkembangan dunia. (AKH. Muwafik Saleh, 2012: 1)
Dengan melihat situasi
dan kondisi yang demikian itu, lantas muncul pertanyaan yang menarik dari
peserta, yaitu bagaimana cara untuk menguatkan karakter di masa pembelajaran
daring?
Membutuhkan sebuah
pemikiran yang bijak dalam menjawab pertanyaan ini. Seorang pendidik harus
memiliki strategi yang tepat untuk menanamkan karakter pada peserta didik dalam
situasi dan kondisi seperti ini. Di sinilah peran seorang pendidik dituntut mampu
mengembangkan dan menunjukkan daya kreatifitas serta inovasinya untuk kepentingan
pendidikan. Dengan demikian, sudah tidak ada lagi pendidik yang setiap hari
hanya mengulang-ulang materi dan gaya penyampaian yang sama di setiap tahunnya.
Banyak cara yang dapat
dilakukan oleh seorang pendidik. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia telah menentukan ada 18 nilai yang harus
dikembangkan dalam pendidikan, yaitu nilai religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.
(Retno Listyarti, 2012: 5)
Sehingga seorang
pendidik harus mampu menanamkan dan mengembangkannya melalui pembelajaran daring.
Misalkan penguatan karakter jujur. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
jujur memiliki arti lurus hati, tidak berbohong dan tidak curang. Dalam
pembelajaran daring, penanaman karakter ini dapat dilakukan melalui berbagai
macam cara, salah satunya adalah dengan memberikan penugasan dalam bentuk
pembuatan vlog sederhana. Vlog yang dimaksud adalah vlog yang dibuat sendiri
dengan aktor/aktrisnya juga dirinya sendiri. Dari penugasan ini secara otomatis
pendidik akan mengetahui bagaimana kemampuan dari peserta didik secara mandiri,
mulai kemampuan dalam berbicara, merangkai kata, wawasannya dan lain sebagainya
sesuai dengan tema yang telah ditentukan.
Penguatan karakter
disiplin juga dapat dengan mudah kita tanamkan kepada peserta didik di masa
pembelajaran daring. Diantaranya, sesekali kita mengadakan acara diskuli online
dengan jadwal yang telah ditentukan. Tidak perlu lama dalam mengadakan diskusi
online ini, mengingat target utama dari diskusi ini bukan pada isinya, akan
tetapi untuk melihat siapa yang masuk dalam diskusi tepat waktu. Selain itu,
kita juga dapat menanamkan karakter disiplin melalui ketepatan peserta didik
dalam mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Selain itu, untuk
menanamkan dan mengembangkan karakter kreatif juga banyak sekali caranya. Jelas
cara yang paling utama adalah pendidiknya harus kreatif terlebih dahulu.
Artinya, seorang pendidik harus memiliki ide-ide kreatif untuk memunculkan
kreatifitas peserta didik. Tapi jika pendidik tidak memiliki ide kreatif, maka
sudah pasti peserta didik juga sulit untuk mengembangkan ide kreatifnya, karena
pendidik yang bertugas sebagai pemantik tidak memiliki alat untuk memantiknya.
Akhir Kata
Banyak cara yang dapat dilakukan
oleh pendidik untuk menanamkan dan mengembangkan karakter di tengah pandemi
kepada peserta didik. Kata kuncinya adalah tidak mengeluh, kreatif, inovatif
dan mau untuk berpikir positif. Dengan begitu, secara bertahap pembelajaran
daring ini nantinya akan dapat menjadi kebiasaan dan pada akhirnya menjadi
jalan baru untuk menuju kesuksesan.
Mengubah kebiasaan
memang terkesan berat. Apalagi jika kebiasaan itu sudah mengakar atau bahkan
menyatu dengan urat nadi kita. Namun, ketika ada niatan yang kuat dan tindakan
yang nyata, maka tidak ada yang tidak mungkin. Sebuah perubahan memang
membutuhkan proses yang panjang. Perubahan juga membutuhkan keberanian. Berani
untuk menerima kritik, berani untuk berpikir positif dan berani untuk menjadi
lebih baik. Hari ini dunia pendidikan membutuhkan orang-orang yang mau berpikir
positif, orang-orang yang mampu menebar optimisme, bukan orang-orang yang suka
menebar kebencian membabibuta. Dengan begitu, suatu saat kita akan berada pada
titik di mana kita merasa bangga dengan perjuangan yang telah kita lakukan
bersama.
Daftar Pustaka
Listyarti,
Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Saleh,
Muwafik AKH. 2012. Membangun Karakter dengan Hati nurani. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar