Kamis, 02 Juni 2022

MENYINGKAP TABIR BUKAN TABULA RASA

Banyak ajaran yang telah ditelurkan oleh seorang tokoh besar pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara. Ajaran beliau hari ini sangat dirindukan mengingat sesuai dengan perkembangan zaman masih sangat relevan untuk diimplementasikan menuju kesuksesan.

Setiap anak sebenarnya sudah dianugerahi potensi yang luar biasa sejak lahir. Sehingga dalam prosesnya orang-orang yang bersentuhan langsung dengannya, khususnya pendidik dalam dunia pendidikan memiliki tugas untuk menuntun dan mengarahkan agar potensi tersebut dapat terasah dengan baik.

Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan potensinya. Seorang pendidik yang bijak sudah selayaknya memberikan perlakuan yang berbeda pula sehingga hasilnya pun juga sangat berpeluang untuk tidak sama sesuai dengan kemampuan dasar yang dimilikinya.

Tapi, sering kali kita dihadapkan pada pemikiran bahwa angka adalah segalanya, dan penyeragaman menjadi kunci dari semuanya. Kadang kita mencoba untuk berontak dari kenyataan, tapi lagi-lagi hal yang terkesan sama telah meruntuhkannya.

Rasa untuk tidak percaya pada diri sendiri kadang masih terus tumbuh subur. Terlebih jika kepercayaan diri itu bertentangan dengan kesamaan pemikiran dan kenyamanan. Sehingga kebenaran yang tertanam pada diri kita meredup kembali secara perlahan.

Namun, akhir-akhir ini muncul semburat sinar ajaran Ki Hadjar Dewantara yang mulai berhembus kembali. Salah satunya adalah konsep siswa bukanlah tabula rasa. Siswa bukanlah ibarat kertas kosong. Tapi siswa sama dengan kertas yang sudah memiliki garis-garis samar. Seorang pendidik memiliki tugas untuk menuntun dan menebalkan garis samar yang akan membawanya menuju sukses di masa depan.

Berbeda bukanlah berarti keliru. Berbeda untuk menuju kebenaran mutlak harus dilakukan. Butuh keberanian untuk bertindak, butuh keberanian untuk bergerak. Pemikiran tokoh besar pendidikan telah menuntun dan mengobarkan semangat kita untuk mencoba dan tidak hanya sekedar mencoba.

Ini adalah sebuah tantangan. Bagaimana keberanian kita tumbuh untuk mendobrak dan membuka tabir bahwa setiap anak memiliki potensi berbeda yang siap untuk diasah.

Saatnya kita benar-benar berada di antara mereka. Belajar bersama, saling memahami potensi dan bersama-sama pula membuka jalan menuju kesuksesesan. Sekali lagi, hanya sebuah keberanian untuk bergerak bersamalah yang mampu meruntuhkan pemikiran bahwa angka adalah segalanya.

Trenggalek, 2 Juni 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar