Sabtu, 25 Juli 2020

Menyalakan Kembali Semangat Belajar Kita



Tahun 2020 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi bangsa Indonesia. Hampir di seluruh bidang mengalami guncangan, termasuk dunia pendidikan. Perubahan cara belajar yang baru membuat sebagian orang terkaget. Bukan karena suka atau tidak suka, namun lebih pada permasalahan kesiapan dalam menghadapinya. Ada orang yang memang sudah siap melaksanakannya, tapi ada juga yang belum siap sama sekali dalam menghadapinya.

Perubahan cara belajar dari tatap muka menjadi tatap maya memang menjadi gempar. Bahkan di setiap sudut warung kopi, lingkungan, tempat bermain anak dan lain sebagainya hal ini selalu menjadi topik pembicaraan utama.

Kadang kita mendengar ada anak yang mengeluh dengan cara belajar ini. Mereka beranggapan hanya tugas dan tugas yang dihadapi. Kadang ada Bapak dan Ibu guru yang masih belum siap mengajar dengan sistem yang baru. Bahkan sering kita mendengar ada orang tua yang merasa kesulitan dalam mengendalikan dan mendampingi anaknya saat belajar.

Namun, jika semua hanya meluapkan energi negatif belaka, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Sebisa mungkin kita harus mencoba mencari solusi untuk tetap bertahan akibat pandemi yang penuh dengan ketidakpastian ini. Jika kita menyerah, maka pendidikan anak bangsa yang menjadi pertaruhan. Generasi pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini hanya akan menjadi sebuah pertanyaan.

Tugas kita adalah “menyuntikkan” kembali semangat kepada semua yang bersentuhan dengan dunia pendidikan. Mulai dari pemegang kebijakan, pendidik, orang tua, peserta didik dan lain sebagainya. Terlebih kepada peserta didik. Karena peserta didik menjadi titik fokus dalam dunia pendidikan.

Butuh orang-orang yang mampu memberikan motovasi dan pendampingan kepada mereka, agar mereka tetap memiliki semangat untuk belajar. Karena ketika semangat mereka luntur, maka akan mudah sekali untuk terjerumus dalam kebiasaan yang kurang mendidik.

Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menguatkan dan menyuburkan semangat belajar kepada siswa. Salah satunya adalah dengan menggerakkan organisasi kepemudaan, Karang Taruna misalnya. Organisasi ini berisi pelajar, mahasiswa dan pemuda desa. Karang Taruna dapat mengambil peran untuk ikut serta dalam upaya menguatkan dan menumbuhkembangkan semangat belajar kepada siswa.

Kegiatan yang dapat dilakukan misalnya mengadakan bakti sosial. Tidak perlu bakti sosial dengan skala besar, namun cukup bakti sosial dengan membagikan alat belajar. Banyak manfaat yang dapat diambil. Bagi anggota Karang Taruna akan dapat menghidupkan kembali rasa sosialnya karena belajar berbagi, bagi yang masih menjadi pelajar dan mahasiswa juga secara otomatis semangat untuk berpikir dalam hal pendidikan akan berkobar lagi. Malah bagi sasaran bakti sosial, hal ini dapat menyalakan semangat mereka kembali untuk mau belajar walaupun dengan cara yang berbeda.

Hal ini terlihat kecil dan sepele. Namun efek positif pada diri yang bersentuhan langsung dengan kegiatan ini sangat besar. Jika kita akan mendapatkan hasil yang besar, maka kita harus mau memulainya dengan hal yang kecil. Dengan begitu, akan timbul sebuah kebanggaan dari hasil perjuangan yang panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar