Banyak orang yang mengatakan bahwa SMA adalah masa yang paling indah.
Kalimat itu sangat relevan jika diperuntukkan bagi yang telah lulus dan
menyelesaikan bangku putih abu-abu. Walaupun sebenarnya yang putih abu-abu seragamnya bukan bangkunya. Tapi menariknya, ketika muncul warna putih abu-abu,
ingatan kita akan kembali menerawang jauh bagaimana kita merasakan indahnya
cerita bak di dalam novel atau drama telenovela. Terlepas sebenarnya ada
banyak juga kerikil tajam yang membuat kita tidak nyaman, namun kerikil tajam
itu perlahan hilang tergelincir oleh derasnya air hujan, sehingga sekarang yang
nampak di ingatan hanya kebahagian dan keindahan masa silam.
Kembali pada ungkapan SMA adalah masa yang paling indah. Mungkin
ungkapan itu tidak berlaku bagi mereka yang saat ini masih menjalaninya. Lebih
ekstrim lagi bagi sebagian kecil dari mereka merasakan bahwa SMA adalah masa
yang penuh dengan luka. Setiap hari mereka harus bangun pagi, jika terlambat
harus siap bertanggung jawab, mereka bertemu dengan guru yang mungkin kurang
disukai, setiap hari dipaksa untuk membaca, harus mengerjakan tugas, harus
disiplin dan juga harus tertib. Belum lagi ada masalah-masalah pribadi yang
meretakkan hati. Misalkan memendam rasa cinta pada teman, melihat orang yang
disukai malah menyukai orang lain, tidak berani mengungkapkan perasaan, diputus
orang yang dicintai, ditinggalkan tanpa kata perpisahan dan bahkan ditolak
cintanya oleh teman sendiri. Semua itu menjadi sebab ungkapan tersebut
tidak relevan bagi sebagian dari mereka yang masih menjalaninya.
Tapi, kita harus mengingat kembali siapa kita. Kita adalah pelajar yang
menjadi wadah untuk menyimpan banyak harapan. Siapa yang menyimpannya? Jelas
yang pertama adalah orang tua kita. Tanpa kita sadari, orang tua memiliki
harapan yang sangat besar kepada kita. Tidak ada di dunia ini orang tua yang
tidak menginginkan anaknya sukses, sehingga nantinya dapat membawa orang tua
menjadi lebih bahagia. Yang kedua adalah orang-orang yang ada di sekitar kita, mereka
sangat menaruh harapan kepada kita. Mereka menginginkan kita untuk dapat
menjadi contoh di lingkungannya. Sehingga, ketika kita diharapkan untuk dapat
menjadi contoh, tentunya harus menjadi contoh yang baik. Ketiga adalah bangsa
dan Negara. Bangsa dan Negara ini juga menaruh harapan besar pada kita. Ibu
Pertiwi sangat berharap nantinya kita menjadi pemimpin bangsa yang mampu
mengayomi dan menjaga tanah air ini.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh pelajar untuk membuat orang-orang
yang menyimpan harapannya tersenyum lega. Setidaknya berdasarkan pengamatan dan
analisis penulis ada tiga hal utama yang harus dilakukan oleh pelajar. (1)
Menguasai hati; (2) Menguasai otak; (3) Menguasai gerak.
Hati merupakan pengendali dalam diri. Bagaimana kita dapat menggunakan
hati kita untuk mengendalikan hal-hal negatif yang kadang terdorong ingin kita
lakukan. Selain itu, kita juga harus mampu menata hati kita untuk selalu dekat
dengan Tuhan dimanapun kita berada. Jangan pernah lepas, karena kita harus
ingat bahwa kekuatan terbesar semuanya berada pada-Nya. Dan kita hanya mampu
untuk berusaha dan berdoa kepada-Nya.
Yang kedua adalah mampu menguasai otak. Sebagai pelajar sudah menjadi
hal yang lumrah untuk memanfaatkan otak dengan baik. Jangan biarkan otak kita
lemah. Asah terus hingga kita mampu menggunakannya. Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk mengasah otak, diantaranya membiasakan diri untuk membaca,
tidak malu bertanya kepada orang yang lebih paham, belajar dengan giat, sering
berdiskusi untuk membahas materi dan masih banyak lagi. Sebagai salah satu
indikator bahwa kita mampu mengasah otak kita dengan baik adalah berhasil dalam
proses pembelajaran.
Yang ketiga, kita harus mampu menguasai gerak. Artinya kita harus
aktif di lapangan. Aktif yang dimaksud adalah dalam hal positif. Misalkan, kita
aktif dalam sebuah organisasi di sekolah, terlepas organisasi intra maupun
ekstra. Jangan bermalas-malasan, karena ingat ketika kita aktif bergerak maka
secara tidak langsung memori kita akan mencatatkan sebuah pengalaman, sehingga
dengan pengalaman itu akan lebih mendekatkan kita menuju gerbang kesuksesan.
Tiga hal itu setidaknya dapat dilakukan oleh pelajar. Sekali lagi
pelajar merupakan wadah untuk menyimpan harapan. Jangan pernah sia-siakan orang
yang telah menaruh harapan besar pada kita. Mari kita mencatatkan keindahan di
“masa silam”, agar nantinya kita dapat merasakan bahwa SMA adalah masa yang
paling indah seperti yang pernah dirasakan oleh orang-orang yang hari ini telah
berhasil menggenggam kesuksesan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar